Situasi pandemi tidaklah serta merta menjadi penghalang bagi akrab yang terjalin melalui Komunitas Vaporesso Indonesia. Komunitas ini justru terbentuk di tengah-tengah situasi pandemi pada Juni 2020. Bersama Yulian, Lutfi, dan Opung, Tim Inovasi Tembakau berbincang-bincang lebih jauh mulai dari awal terbentuknya komunitas, rencana komunitas ke depan, hingga perspektif komunitas tentang industri vape saat ini. 

Ingin lebih dari sekadar salam sapa online

Meskipun brandVaporesso sudah berada di Indonesia sejak tahun 2015, saat itu belum ada pihak yang inisiatif untuk mengumpulkan user device ini. Hingga beberapa tahun setelahnya, userVaporesso mulai banyak berbincang melalui Facebook. Dengan antusiasme dan basis yang besar di grup Facebook, akhirnya disepakati untuk membuat sebuah komunitas. 

Setelah komunitas terbentuk, daerah-daerah kemudian berinisiatif untuk membuat chapter.Hingga saat ini, Komunitas Vaporesso Indonesia telah memiliki tujuh chaptersmulai dari Jakarta, Yogyakarta, Malang, Surabaya, Bandung, Semarang, dan Makassar dengan jumlah anggota aktif di grup Facebook sebanyak 3.200 orang. 

“Karena kita ingin lebih dari sekadar salam sapa di media sosial, mengapa kita tidak duduk bersama dengan anggota-anggota di satu kota? Rasa kekeluargaan jadi lebih terjalin, tidak hanya salam sapa online. Bahkan, bisa bertemu dengan anggota yang memiliki persamaan hobi,” kata Lutfi yang merupakan Admin Regional Jakarta. 

Sebagai komunitas yang masih baru, Komunitas Vaporesso Indonesia merasa sangat perlu untuk melalui proses belajar di tahun 2020, sebelum mulai menetapkan dan menjalankan langkah komunitas di tahun 2021. Dalam proses ini, aspirasi-aspirasi dari regional telah dikumpulkan sebagai dasar untuk memperkuat komunitas. 

“Saya merasa banyak sekali edukasi tentang vape yang masih kurang. Melalui komunitas ini, kami ingin merangkul para vapers yang memiliki ketertarikan terhadap device Vaporesso. Tidak harus menggunakan Vaporesso terlebih dahulu ketika masuk komunitas, selama kita sama-sama mau belajar,” pungkas Yulian, Koordinator Regional (Ketua) Komunitas Vaporesso Indonesia.

Bagi Yulian, saat ini yang terpenting adalah mewujudkan visi untuk membesarkan komunitas dan merangkul para anggota. Kualitas menjadi aspek utama dibandingkan kuantitas, untuk membentuk komunitas yang solid. Dalam hal ini, aspek kekeluargaan menjadi hal yang sangat penting. Dari situ, komunitas akan memiliki satu visi, misi, dan akar yang kuat untuk melangkah lebih jauh. 

Untuk mewujudkan hal tersebut, tagline “stronger together”akan menjadi spirit yang menjadi dasar bagi semangat komunitas untuk bergerak maju. Dalam proses pembelajarannya, komunitas tentu tidak terlepas dari tantangan-tantangan yang ada. Menurut Lutfi, perbedaan ide sering terjadi. Namun, perbedaan tersebut tidak membuat komunitas menjadi renggang, tetapi justru dapat dikompromikan dan menjadi satu kesatuan ide yang baik. Tantangan lain, situasi pandemi membuat banyak event vape besar tidak terlaksana. Meskipun demikian, komunitas tetap bisa terus berkembang, dengan mayoritas aktivitas dilakukan secara online dan dijalankan masing-masing regional. Kegiatan bertukar ide, tips, dan trik tentang device, liquid, dan topik lainnya tetap berjalan dengan aktif melalui kanal komunikasi yang sudah ada, seperti WhatsApp, Telegram, Instagram, dan Facebook. 

Brand dan komunitas yang kolaboratif

Sebagai salah satu produsen paling besar di Tiongkok maupun dunia, Vaporesso memiliki basis pengguna yang besar di Indonesia. Adanya jumlah pengguna yang signifikan, inisiatif yang besar dari komunitas, serta kerja sama secara hybrid yang dilakukan oleh komunitas dengan Vaporesso pusat maupun Vaporesso Indonesia, membuat komunitasini berkembang sangat pesat. Kerja sama brand dengan komunitas dilakukan secara kolaboratif. Komunitas menjadi penghubung antara branddengan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan sosial. Komunitas juga berpartisipasi dalam event promosi online yang dilakukan oleh Vaporesso.

Dari sisi produsen, Vaporesso memiliki Tim Marketing yang menggandeng Komunitas Vaporesso Indonesia melalui setiap kegiatan promosinya. Bahkan, keberadaan komunitas juga direkognisi melalui event dan Power Shop atau toko-toko vapor yang memiliki lisensi penjualan device Vaporesso. “Kita merasa dirangkul oleh brand dan cara mereka mempromosikan komunitas itu unik, yaitu dengan memberikan poin untuk ditukarkan dengan hadiah, bagi Power Shop yang tokonya dikunjungi oleh anggota Komunitas Vaporesso Indonesia. Kita tidak sendirian, jadi kita bisa berkembang dengan cepat,” kata Yulian ketika menjelaskan bagaimana komunitas ini berkolaborasi dengan brand.

Bagi Lutfi dan Yulian, Vaporesso merupakan device yang nyaman digunakan. Setelah mencoba berbagai jenis device sejak tahun 2015, pilihan mereka akhirnya jatuh dan menetap pada Vaporesso. “Device ini punya bahan yang bagus. Sampai saat ini, saya betah pakai Gen X Vaporesso karena catnya bagus dan bahannya juga terbuat dari aluminium pesawat,” ujar Lutfi yang kemudian disepakati oleh Yulian, “dulu saya beli dan nyobain tiap brand. Akhirnya saya menemukan review dari Youtuber luar negeri yang merekomendasikan Vaporesso. Akhirnya, saya coba dan ternyata berbeda. Ada fitur pulse mode yang rasanya berbeda dari brand lain,” jelas Yulian.

Selain rasa nyaman, bahan device, dan fitur yang berbeda, Yulian juga menjelaskan bahwa Vaporesso melakukan manufaktur produknya sendiri. Karenanya, device ini dapat memberikan harga yang baik dengan kualitas produk yang baik pula. 

Edukasi yang perlu dimulai dari diri sendiri

Bagi komunitas, edukasi perlu dimulai dari diri sendiri dari membaca manual, datang ke toko vapor dan bertanya langsung, maupun riset sebelum memutuskan untuk mulai vaping“Sekarang banyak user yang membeli device dan liquid secara online. Jadi nggak dapet edukasi langsung. Seharusnya, user datang ke toko vapor dan tanya-tanya secara langsung. Hal ini mencegah terjadinya salah penggunaan produk,” tegas Yulian. 

Menurut Yulian, Vaporista adalah ujung tombak industri vape, terutama dalam memberikan edukasi bagi pengguna pemula. Sayangnya, saat ini banyak toko vapor yang sistemnya sekadar jual beli, tanpa mengerti produk. Padahal, toko vapor dapat memiliki fungsi sebagai filter untuk hoax yang beredar tentang vape dengan cara memberikan rekomendasi device yang bagus, cara penggunaan dan perawatan yang baik, dan menyeleksi pengguna berdasarkan usia. 

Dalam hal ini, pengguna juga perlu menjadi aktif dan memprioritaskan vape attitude, karena pengguna akan menjadi cerminan dari vape itu sendiri. Ketika penggunanya baik, maka vape juga akan dinilai baik. “User setidaknya tahu cara menggunakan dan merawat, selanjutnya perlu mencari device dan liquid yang sesuai. User perlu riset terlebih dahulu lalu mengunjungi toko vapor, karena rasa untuk setiap orang pasti berbeda-beda,” ujar Lutfi.

Selain aktif mencari informasi, niat untuk belajar dan tekat yang kuat untuk berhenti merokok juga perlu terus dipupuk. “Kalau kita mau mulai ngevape, kita harus explore, searching, dan belajar soal produk apa yang cocok. Lalu, bulatkan tekat terlebih dahulu. Memang perlu ada spare uang, karena kalau terlalu irit untuk perawatan, itu juga berbahaya. Jangan sampai hal yang baik justru menjadi jelek karena salah penggunaan dan perawatan,” tambah Yulian.

Setelah edukasi yang dimulai dari diri sendiri, komunitas selanjutnya memiliki peran untuk membuat pengguna tidak Kembali pada kebiasaan lama untuk merokok. Dengan demikian, pengguna memiliki tempat untuk sharing dan belajar melalui reviewyang dilakukan oleh para anggota komunitas. “Di komunitas, kita dapat masukan soal device dan liquid. Komunitas menjadi tempat sharing. Dulu saya nggak ngerti apa-apa soal vape, kalau di komunitas kan bisa belajar,” kata Opung memberikan testimoni, sebagai salah satu anggota Komunitas Vaporesso Indonesia. 

Sebelum menutup perbincangan sore itu, komunitas menekankan pentingnya perlindungan terhadap pengguna vape. Bagi Yulian, Lutfi, dan Opung, penting untuk mengetahui kandungan dalam liquid yang dibeli. Sebagai pengguna, jaminan atas keamanan barang yang dibeli dan dikonsumsi adalah sebuah prioritas. Sehingga, standardisasi produk sangat diperlukan.

“Banyak beredar liquid yang tidak jelas tanggal dibuat maupun kedaluwarsanya. Selain itu, device juga seharusnya ada uji standardisasinya,” tutup Yulian, mengakhiri perbincangan seru sore itu.