Sumber: Malang Today
Ilustrasi tren vapers muda

Vapers muda memang jadi momok bagi masyarakat Indonesia, karena penggunaan produk tembakau apapun memang bukan untuk mereka yang di bawah umur.. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menyebutkan angka perokok di usia 10-18 tahun pada 2018 meningkat 1.9 persen sejak 2013. Nah, kekhawatiran ini juga yang membuat Kementerian Kesehatan beranggapan bahwa produk HPTL lebih banyak bahayanya daripada manfaatnya. Belum lagi anggapan bahwa vape dibuat untuk menarik remaja karena kemudahan membeli dan rasa yang beragam.

Mencoba vape dan jadi vapers adalah hal yang berbeda

Namun apa benar mereka yang mencoba vape lantas menjadi vapers, ternyata belum tentu loh! Hal ini terbukti dalam riset garapan Linda Bauld dkk. yang dimuat dalam International Journal of Environment Research and Public Health. Dengan menggunakan 60.000 data anak muda umur 11-16 tahun terbukti bahwa jumlah remaja yang pernah mencoba rokok elektrik meningkat 3 persen sejak 2016 ke 2017. Namun persentase mereka yang menggunakan secara rutin bertahan pada 1 persen. Hal ini membukti kan bahwa sebagian besar anak muda yang coba-coba vape, belum tentu jadi vapers beneran.

Siapa sih yang tidak suka pilihan perisa buah?

Rata-rata vapers juga lebih menyukai perisa liquid yang manis dan berbuah. Boleh dong vapers dewasa bisa memilihantara rasa karamel atau blueberry. Perisa yang berbagai macam ini juga terbukti menarik perokok untuk beralih ke vapeloh! Mereka yang tertarik vape karena ingin mencoba pilihan rasanya terbukti lebih positif dalam melihat vape. Jadi, sepertinya anggapan bahwa pilihan perisa itu ditujukan untuk remaja perlu dikaji ulang ya.

Anak muda bisa akses vape dengan mudah di Indonesia, apa iya?

Dimana ada kemauan pasti ada jalan, mungkin ini juga prinsip para remaja yang ingin coba-coba vape. Namun, seperti yang kita tahu, asosiasi vapers dan vapestore memiliki komitmen yang kuat untuk menutup jalannya anak di bawah umur untuk mencoba vape. Seperti yang disampaikan Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) dan Aliansi Pengusaha Penghantar Nikotin Elektronik Indonesia (APPNINDO) bahwa mereka mendukung penuh Langkah pemerintah untuk tidak jual vape ke anak di bawah umur dan ibu yang sedang mengandung. Karena para vapers percaya bahwa sejatinya vape hanya diperuntukan bagi para perokok yang ingin berhenti merokok. 

Baca juga: APPNINDO: Vape Bukan Alien!

Penggunaan vape ataupun rokok pada remaja memang harus diwaspadai, tetapi semua klaim harus didasari penelitian yang menyeluruh. Jangan sampai dugaan meningkatnya angka vapers muda menjadi penghalang bagi para konsumen nikotin dewasa untuk memiliki pilihan produk yang berpotensi rendah risiko.

Jika kamu tertarik dengan riset Linda Bauld et al. berjudul Young People’s Use of E-Cigarettes across the United Kingdom: Findings from Five Surveys 2015–2017 bisa klik tautan berikut. https://inovasitembakau.com/wp-content/uploads/2021/04/ijerph-14-00973-v2.pdf