Bersama Iqbal dan Aldo, Inovasi Tembakau diajak mengenal Komunitas Vapers Tangerang Raya (VTR) secara lebih dekat. Satu jam lebih dekat dengan komunitas ini membuat kita semua diingatkan kembali akan pentingnya komunitas bagi vapers, terutama mereka yang baru saja mengenal vape.

Bermula dari transaksi jual beli

Terbentuk 18 Juni 2019, perjalanan VTR nyatanya lebih panjang dari itu. Para anggota komunitas sebelumnya telah akrab satu sama lain dan sering nongkrong bersama. Bagaimana bisa? Melalui platform Facebook, jual beli device dan aksesoris vape di wilayah Tangerang saat itu dilakukan secara cash on delivery (COD). Dari sana, mereka saling mengenal dan berbincang bersama. Diawali dengan sekadar pembahasan mengenai perkembangan vape dan tren produk-produknya di Indonesia, akhirnya diputuskan untuk membuat sebuah komunitas yang menaungi Tangerang Kota, Tangerang Selatan, dan Kabupaten Tangerang.

Visi komunitas ini adalah menaungi vapers, khususnya vapers pemula sebagai wadah edukasi dan sharing secara langsung. Dalam mana, komunitas saat ini memiliki sekitar 60 anggota aktif dan rutin berkomunikasi melalui grup WhatsApp.

Layaknya sebuah komunitas, VTR memiliki berbagai kegiatan, mulai dari Vapemeet, perayaan anniversary, hingga sowan bersilaturahmi ke komunitas-komunitas lain. “Vapemeet biasanya membahas ada berita viral apa tentang vape. Lalu, diakhiri dengan giveaway sebagai strategi supaya teman-teman yang tidak aktif di grup, bisa tertarik untuk datang ke vapemeet,” kata Iqbal. Bagi Iqbal, bagian paling seru dari Vapemeet adalah membicarakan isu-isu yang sedang ramai tentang vape.

Keanggotaan yang solid menjadikan komunitas ini rumah kedua bagi para anggota. Terlepas dari adanya Vapemeet atau tidak, para anggota akan tetap meluangkan waktu untuk berkumpul dan saling bertukar pikiran.

Tidak hanya hubungan erat dalam komunitas, VTR juga berupaya memperkuat silaturahmi dengan komunitas-komunitas lain. “Setiap bulan, kita ada agenda sowan ke komunitas lain. Bahkan, kalau ada anggota kami yang pindah kota dan gabung di komunitas, kita juga akan diundang untuk berkumpul,” pungkas Aldo.

Bagi Aldo, komunitas lebih dari sebuah keluarga, tetapi juga dapat membantunya mengembangkan potensi bisnis. “Senang sekali bergabung di VTR. Saya dulu tidak punya komunitas dan hanya nongkrong saja di vape store setiap hari. Karena vaporistanya salah satu anggota VTR, saya kemudian dikenalkan dan makin banyak punya teman. Berkat dukungan teman-teman juga, saya akhirnya bisa punya toko. Saya sangat berterima kasih bisa sampai tahap ini,” jelas Aldo yang mengaku sangat senang kala vape store-nya sekaligus menjadi basecamp untuk VTR.

Untuk kesehatan dan ekonomi

Iqbal dan Aldo adalah vapers sejak 2016. Keduanya mengakui, saat itu menjadi vapers masih membutuhkan modal yang besar, karena harganya yang masih mahal. Namun, sedikit demi sedikit uang dikumpulkan untuk bisa berhenti merokok.

“Dulu saya ingin tes pilot, jadi say abaca-baca dan menemukan kalau vape risikonya lebih rendah dari rokok. Setelah mengumpulkan uang, saya akhirnya coba ngevape. Setelah tes pilot, ternyata hasil pemeriksaan paru-paru saya bagus. Akhirnya, saya lanjutkan sampai sekarang,” jelas Aldo.

Lain cerita dengan Aldo, Iqbal beralih ke vape karena melihat dari sisi ekonomi. Menurutnya, masa SMA adalah masa di mana ia ingin mencoba segala hal baru, termasuk rokok dan vape. Saat itu, ia masih sering kali kembali merokok. Namun, ketika 2016 model device dan rasa liquid mulai bervariasi, ia mulai berpindah menggunakan vape.

“Dulu orang rumah sampai nggak mau masuk ke kamar karena bau rokok, tapi setelah pakai vape, jadi lebih baik,” terang Iqbal. “Saya basicnya dulu jualan COD berbagai macam. Dari sisi ekonomi, saya lihat ada peluang buat cari uang jajan lewat vape. Jadi, nggak perlu membebani orangtua,” lanjutnya.

Pelan tapi pasti

Bagi Vapers Tangerang Raya, edukasi tentang vape bisa dilakukan dengan cara yang paling sederhana. Dari satu teman ke yang lain, jumlah perokok yang beralih ke vape dan bergabung dalam komunitas menjadi kian bertambah. “Idealnya, bisa berhenti dari rokok ataupun vape,” begitulah pungkas Iqbal.

Pun demikian dengan Aldo, sebagai seorang Vaporista, banyak vapers pemula yang datang padanya untuk meminta saran dalam berhenti merokok. “Saya kasih rekomendasi pod yang murah, sampai akhirnya mereka bisa berhenti merokok,” jelasnya. Baik bagi Iqbal maupun Aldo, vape menjadi solusi alternatif yang lebih rendah risiko untuk membantu berhenti merokok.

Tidak jarang, keduanya mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari orang-orang di sekitar yang belum mengenal vape. “Hati-hati, nanti meledak,” adalah kata-kata yang paling sering mereka dengar. “Padahal bukan salah vape-nya, tapi pengguna yang asal-asalan dan tidak mau bertanya,” tegas Aldo.

Tidak jarang juga yang mengatakan bahwa vape akan mendatangkan penyakit, serta harganya yang juga dinilai mahal. “Padahal, masih banyak masyarakat yang belum tahu dan masih termakan hoax. Lalu, vape memang mahal di awal, tetapi ke depannya bisa jauh lebih murah,” pungkas Iqbal.

Selain edukasi untuk berhenti merokok, VTR juga memberikan edukasi bagi anggotanya terkait vape attitude, agar lebih menjaga sikap ketika vaping di tempat umum.

Dalam membarikan edukasi, VTR tidak lupa untuk menekankan budaya membaca. Informasi harus dicari terus-menerus sampai dapat sumber yang tepat. Selain itu, vapers pemula juga sangat dianjurkan untuk datang langsung ke vape store untuk sharing dan bertanya-tanya dengan Vaporista.

Untuk teman-teman vapers

Aldo mengaku bersyukur dengan regulasi Pemerintah untuk melegalkan vape. “Diatur tidak apa-apa, karena artinya negara menjamin produk ini sudah baik dan aman. Yang penting sudah lebih stabil dan tidak memberatkan dari sisi harga,” harap Aldo.

Hal senada juga dikatakan Iqbal, bahwasannya cukai dan SNI vape akan membuat produk tersebut lebih terkontrol, memiliki komposisi yang jelas, dan dilengkapi riset berdasarkan data-data yang ada.

“Pesan saya satu, teman-teman yang ingin pindah ke vape harus membaca informasi yang tepat. Minimal tahu dasar-dasarnya,” kata Iqbal. “Ke depannya, komunitas-komunitas vapers di Indonesia diharapkan bisa saling bersilaturahmi. Bisa ngobrol dan tukar pikiran tentang industry vape. Sekarang kan sudah zamannya virtual, jadi bisa lebih memudahkan,” lanjutnya. Aldo kemudian menambahkan bahwa selera menjadi kunci penting yang membantu berhenti merokok. “Jangan malu bertanya. Datang ke vape store dan tanya kepada Vaporista tentang apa yang dibutuhkan dan sesuai selera masing-masing. Jangan sampai menyesal! Sudah beli mahal, ternyata nggak cocok dengan selera,” tutup Aldo.