Menjelajah daerah barat pulau Jawa, Komunitas Vape Cianjur (KVC) menjadi salah satu komunitas yang membagi serunya perjalanan mereka bersama-sama. Lewat Daniar (Ketua), Gusti (Sekretaris), dan Deden (Sekretaris periode sebelumnya), cerita tentang komunitas dengan visi edukasi dan segudang relasi ini dibagikan.

Kita ngebul jadi dulur

Kata “dulur” dalam bahasa Sunda memiliki makna “saudara” dengan keakraban yang terjalin secara hangat. Pun demikian dengan KVC, jargon “kita ngebul jadi dulur” lahir bukan tanpa alasan.

KVC dibentuk pada 3 Desember 2017 dengan total anggota terdaftar mencapai 400 orang, dan menaungi berbagai komunitas vapers yang ada di Cianjur. Komunitas ini sangat beragam dalam hal device, tidak ada yang dominan satu dengan yang lain. Mulai dari Smoant, Tesla, Mechanical Mod, Therion, emergency vapers, komunitas retail Cianjur, hingga komunitas vapers di tempat bekerja pun semua ada dalam naungan KVC.

Komunitas ini aktif dalam inisiasi gerakan yang positif untuk masyarakat. Tidak hanya acara-acara komunitas, tetapi juga kegiatan sosial penggalangan dana untuk mereka yang membutuhkan. Bahkan di saat pandemi, KVC merancang kegiatan agar dapat membantu orang-orang yang terpapar, terutama untuk memenuhi kebutuhan sembako mereka. “Dari kami, untuk orang lain,” begitulah gambaran visi KVC ketika membahas kegiatan yang mereka lakukan.

Bagi para anggota, KVC lebih dari sekadar komunitas. Ada cerita, kesan, dan hal-hal yang akan selalu diingat. “Kami merasakan bagaimana perjuangan hingga vape dilegalkan dan dikenakan cukai. Kami juga merasakan perjuangan ketika meyakinkan orang-orang di sekitar bahwa vape lebih rendah risiko dari rokok. Ada jatuh bangun yang menjadikan kekeluargaan kami kuat. Ada kemudahan di situasi sulit. Saat saya butuh sesuatu dan bilang di grup chat, pasti akan ada yang memberi solusi, meskipun tidak ada hubungannya dengan vape,” jelas Daniar.

Hal itu diaminkan oleh Gusti dan Deden, bahwa silaturahmi KVC sangat kuat. Kemanapun mereka pergi, mereka tidak akan merasa sendiri karena ada komunitas sebagai rumah kedua yang nyaman.

Beralih ke vape karena lebih rendah risiko

Meskipun masing-masing memiliki cerita ketika beralih dari rkok ke vape, semuanya memiliki kesamaan, yaitu menginginkan alternatif yang lebih rendah risiko. Bagi Deden, misalnya, ia mengaku motivasinya adalah ingin berhenti dari kebiasaan merokok yang sudah ia lakukan sejak 1996. Saat mengenal vape pada 2015, ia akhirnya memutuskan untuk berhenti total dari rokok.

Cerita lain datang dari Daniar. Ia beralih ke vape karena mempertimbangkan kesehatan anak dan istrinya. Di mana saat itu waktunya banyak dihabiskan untuk bekerja dan merokok di ruangan yang bersebelahan dengan kamar keluarga. Dari sana, ia berkomitmen untuk mencari alternatif yang lebih rendah risiko.

Cerita unik datang dari Gusti. Ia bukanlah seorang perokok. Keingintahuannya akan vape membawanya bergabung dengan KVC. Dosen di Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan tersebut, bahkan pernah melakukan penelitian soal vape dan atlet. “Saya tadinya tidak merokok karena aktif di olahraga. Saat S2, saya mengambil penelitian mengapa Indonesia cenderung tidak bisa lepas dari tembakau, saat itu studinya adalah rokok dan atlet. Hasilnya, ternyata mereka tidak bisa jauh dari rokok,” pungkas Gusti.

Ia kemudian melanjutkan kala ia mengenal vape pada 2016 dan mendapat undangan dari teman-teman KVC. Motivasinya saat itu satu, meneliti vape terutama dampaknya terhadap kondisi fisik. “Awalnya kepo, tapi ternyata kekeluargaannya hebat sekali. Kami semua di sana sama. Ngumpul, ngebul, dan benar-benar jadi dulur,” lanjutnya.

Merangkul lewat edukasi

KVC menjadi komunitas yang kuat baik secara internal maupun eksternal. Bagaimana tidak, komunitas ini memiliki segudang relasi dengan berbagai pihak di Cianjur, mulai dari kepolisian, DPRD, rumah sakit, dan masih banyak lagi. Ketika ditanya bagaimana KVC dapat merangkul orang-orang di luar komunitas, jawabannya adalah karena KVC memiliki semangat untuk memberikan citra vapers yang positif di masyarakat. Karenanya, komunitas ini berupaya mengadakan kegiatan yang bisa menyentuh masyarakat secara langsung, seperti SIM masal, donor darah, berbagi takjil, dan sebagainya. Anggota-anggota KVC datang dari berbagai profesi, sehingga semakin mempermudah komunitas untuk memperluas jejaring dan aksesnya.  

Dalam upaya edukasi vape, KVC telah meakukan sosialisasi kepada para vaporista bahwa tidak boleh memperjual belikan produk ke anak di bawah umur. Ke depannya, komunitas juga berharap dapat bekerja sama dengan Dinas Pendidikan untuk sosialisasi dan razia bersama.

“Kebanyakan kasus di Cianjur adalah perokok di bawah umur. Terkadang orang tua mereka lebih memilih anaknya vaping daripada merokok. Karenanya, mereka datang ke toko vapor didampingi orang tua. Kalau sudah seperti ini, vaporista juga bingung harus bagaimana. Alhasil, mereka diimbau untuk vaping di rumah saja dan didampingi orang tua. Hal ini yang sebenarnya masih susah untuk dihindari,” cerita Deden.

Bagi KVC, vaping tidaklah mudah. Perlu memahami cara perawatan produk dan menjadi vapers yang bertanggung jawab. Jika tidak, dampaknya akan buruk, seperti kasus meledaknya device dan beberapa kasus penyalahgunaan vape. Tidak hanya itu, edukasi tentang vape attitude juga ditekankan. Sebisa mungkin, anggota KVC akan menegur vapers yang “ngebul” di tempat umum, terutama yang dekat dengan anak-anak.

Untuk memberikan edukasi tentang vape, KVC juga merangkul komunitas-komunitas di luar vape, seperti Zero Waste (pecinta lingkungan), Kurawa (pecinta mobil), hingga gerakan anti narkoba. Pendekatan dilakukan dengan mengundang mereka dalam kegiatan-kegiatan KVC, sehingga dapat mengenal baik antarkomunitas.

“Kita juga sering siaran di radio. Di Cianjur FM ada sesi komunitas, nah, kita sering diundang untuk sharing di situ,” kata Deden.

Dengan bergerak bersama masyarakat lewat aktivitas positif, KVC dapat menjelaskan dampak dari vape, baik dari sisi positif maupun negatif. “Bagaimanapun, vape tidak sepenuhnya bebas risiko. Memang 90 persen lebih rendah disbanding rokok, 10 persen sisanya masih berisiko. Hal itu tetap harus kita komunikasikan ke masyarakat,” ujar Gusti.

Dari komunitas untuk para vapers

KVC memberikan pesan-pesannya bagi perokok yang ingin beralih, komunitas vapers, dan industri vape secara umum. “Untuk perokok yang ingin ngevape, jangan sampai motivasinya hanya karena lifestyle dan harga yang lebih murah, tetapi karena memang ingin berhenti dari rokok. Jangan setengah-setengah,” kata Daniar. Deden merespons setuju dengan mengatakan bahwa perlu pahami dan pelajari terlebih dahulu, serta niat yang kuat. “Idealnya, kalau bisa jangan merokok maupun ngevape,” tambah Gusti.

KVC juga menyampaikan pentingnya menjadi amanah untuk komunitas vapers. Karena mendirikannya tidak mudah, maka kepercayaan dari para anggota perlu dijaga. “komunitas mutlak harus melakukan hal-hal yang positif dan berusaha berinteraksi dengan masyarakat, komunitas-komunitas lain, organisasi, bahkan instansi lain,” jelas Daniar.

Terakhir, KVC melihat industri vape yang saat ini banyak pengusaha kecil gulung tikar. Pada intinya, diharapkan tidak ada pertarungan harga. Jika dijalankan dengan sungguh dan belajar dengan penuh, maka industri akan dapat bertahan. “Selama kita masih bisa dapat liquid dengan harga yang murah dan supply yang aman, jempol lah buat industri kita!” tutup Daniar.