Industri tembakau telah berkambang jauh, kini terdapat beberapa produk tembakau alternatif seperti tembakau yang dipanaskan, rokok elektrik, dan lain-lain. Minimnya informasi akurat yang berasal dari kajian ilmiah mengenai pengurangan bahaya rokok membuat produk tembakau alternatif ini dipandang sebelah mata oleh masyarakat.
Mantan Direktur Kerja Sama dan Koordinasi Organisasi Kesehatan Dunia, Tikki Pangestu menjelaskan, produk tembakau alternatif telah dibuktikan oleh kajian ilmiah memiliki risiko yang lebih rendah daripada rokok. Namun, fakta ini belum tersampaikan secara masif kepada publik.

“Untuk menjelaskan faktor teknis bahwa produk tembakau alternatif memiliki risiko yang lebih rendah daripada rokok memang tidak mudah. Diperlukan kesadaran ilmiah yang masih terbatas secara umum,” kata Tikki dalam keterangannya, Minggu (3/10/2021).

Dia mengatakan, selama ini publik belum mengetahui informasi akurat mengenai produk tembakau alternatif karena minimnya kajian ilmiah yang dilakukan di dalam negeri. Oleh karena itu, Tikki mendorong agar para pemangku kepentingan untuk segera memasifkan penelitian terhadap produk tembakau alternatif.

Hasil dari riset lokal tersebut nantinya dapat dijadikan sebagai acuan oleh pemerintah untuk menyusun regulasi yang disesuaikan dengan profil risiko dari produk ini. Selain itu, riset-riset tersebut juga harus disosialisasikan baik ke regulator maupun masyarakat.

“Kita masih belum memiliki riset yang lebih mendalam dan sistematis dengan rekayasa penelitian yang betul-betul canggih. Hal itu masih kurang di Indonesia. Kita perlu banyak penelitian mengenai data penggunaan produk tembakau alternatif di Indonesia,” ujarnya.

Apoteker juga memiliki peran dalam memberikan pemahaman kepada publik, utamanya kepada perokok dewasa bahwa produk tembakau alternatif dapat menjadi pilihan bagi mereka yang ingin berhenti merokok.

“Peran apoteker sangat penting sekali untuk menjelaskan keamanan dan efektivitas dari produk tembakau alternatif. Apoteker difungsikan untuk itu,” sambungnya.

Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) Ardini Raksanagara menambahkan, apoteker memiliki peran yang sangat besar dalam membantu perokok dewasa untuk berhenti merokok.

“Apoteker tentu saja sangat paham farmakokinetik untuk dijelaskan kepada perokok agar dapat berhenti merokok secara bertahap,” katanya.

Dengan keahlian yang dimiliki apoteker, Ardini berharap mereka dapat menyampaikan informasi yang berkelanjutan mengenai pengurangan bahaya rokok melalui produk tembakau alternatif. Partisipasi aktif dari para apoteker akan mendorong terciptanya perbaikan kesehatan publik.

“Kita harus siap menjadi fasilitator. Pengurangan bahaya tentu saja harus melalui edukasi agar menciptakan masyarakat yang sehat dan bahagia,” ucapnya.

Agar perbaikan kesehatan publik segera terealisasi, pemerintah juga harus memberikan dukungan melalui kebijakan, regulasi, anggaran, sarana dan prasarana. “Siapapun pemangku kebijakan harus mengemban ini,” tuturnya.

Sumber: https://finance.detik.com/industri/d-5751286/benarkah-vape-cs-lebih-aman-dari-rokok-ini-jawabannya