Perjalanan dari toko ritel vape kecil-kecilan tahun 2016, membuat VapePackers berkembang sangat pesat dan meluncurkan Podpackers tahun 2018 sebagai the first Indonesian pod system. Lantas, mengapa pod? Seluruh cerita perjalanan PodPackers dikemas secara apik dalam sharing yang diberikan oleh Rhomedal Aquino, Founder dari PodPackers yang secara telah meluangkan waktunya untuk berbincang seru bersama Inovasi Tembakau.
Dari dunia entertainment menjadi pengusaha vape
“Menurut gue, entertainment nggak bisa menjamin di hari tua kecuali kalau gua Rafi Ahmad,” ujar Rhomedal bercanda. Ia memberikan kilas balik bagaimana perjalanannya selama di industri tersebut. Baginya, sekuat apapun ia bertahan, ia akan tetap menjadi survivor. Ia bertekad untuk menjadi inspirasi bagi banyak orang dengan menjalankan usaha yang sesuai dengan passion-nya, yaitu vape. Passion tersebut terbentuk dan mengakar kuat karena ia sendiri adalah seorang vapers. Ia mengenal vape dari seorang kawan tahun 2013 yang mengatakan bahwa vape lebih rendah risiko dari rokok konvensional. Hingga akhirnya, Rhomedal mulai mendalami dan mempelajari vape lebih lanjut. Hasilnya, ia mulai menggunakan vape hingga saat ini.
Mengapa pod? Itulah satu pertanyaan yang muncul di benak Inovasi Tembakau ketika menanyakan inspirasi yang didapat oleh Rhomedal. Jawabannya sederhana nan penuh makna: berangkat dari kebutuhan pribadi. Sebagai seorang vapers, Rhomedal merasaberhenti merokok secara penuh bukanlah hal yang mudah. Dirinya mengaku masih hybrid hingga 2018. Perjalanan hybrid-nya berhenti ketika ia mencoba pos system yang sensasinya benar-benar menyerupai rokok. Alhasil, itulah yang mendorongnya untuk fokus pada pengembangan pod.
“Karena tujuan kami adalah menjadi solusi bagi teman-teman vapers yang semoga tidak hanya di Indonesia, tetapi juga secara global,” harapnya dengan sederhana.
Berawal dengan sebuah ransel
Perjalanan PodPackers bukanlah sesuatu yang mudah. Dengan modal yang terhitung sedikit, Rhomedal mengawali usahanya dengan berkeliling menjajakan produknya. “Dulu gue jualan vape beneran dimasukkan ke ransel backpack lengkap dengan isinya. Dari sanalah nama packers lahir,” pungkasnya. VapePackers sendiri memiliki arti yang sangat besar baginya, sebagai perusahaan, komunitas, sekaligus keluarga. Dari sana ia bersama teman-temannya sering mengikuti turnamen keliling kota untuk cloud chasing. Ketika gelar kemenangan di level Asia tercapai, Rhomedal kemudian memutuskan untuk pension dan membuka usaha vape sendiri.
“Tahun 2016 waktu gue memulai usaha, untungnya mulai mengecil, apalagi setelah era cuka. Namun, aturan cukai itu sangat menguntungkan karena kualitas liquid lebih terjaga dan kami diakui secara resmi dan legal di Indonesia sebagai salah satu produk turunan dari HPTL,” jelasnya.
Situasi yang sulit tidak membuatnya menyerah. Semangat untuk mengembangkan usahanya menyapu rasa lelah di tengah kondisi yang penuh ketidakpastian. “Gua berbicara ke tim gua bahwa visi kita sangat besar 20 tahun ke depan, kita akan benar-benar jadi barometer bukan hanya di Indonesia bahkan di dunia. This is Packers group,” katanya dengan penuh semangat.
Bagi PodPackers, solusi bagi konsumen adalah hal yang utama. Karenanya, produk-produk yang dimiliki sangatlah spesifik, misalnya liquid terdingin dan marbles. Dengan mengusung tagline “anytime, anywhere” PodPackers meluncurkan No Cloud yang memungkinkan vapers untuk bisa nge-pod di mana saja dan kapan saja, dengan vape attitude yang baik tentunya.
“Market Indonesia itu unik. Gue meluncurkan banyak produk yang gagal, pas awal-awal belajar dari 2016–2017. Dua tahun pertama, yang sukses cuma satu, yang lain itu ongkos belajar. Gagal terus, sampai akhirnya gua bener-bener tau marketnya Indonesia, sejak saat itu terima kasih Tuhan, kita bisa berkembang dengan sangat baik,” cerita Rhomedal.
Dengan semangat untuk terus berkembang, PodPackers tengah menyiapkan produk-produk yang siap rilis dan akan diluncurkan ketika waktunya sudah tepat dan edukasi pasar terkait produk sudah dilakukan. Menurut PodPackers, yang menjadi perhatian utama bukanlah uang, tetapi nilai dari brand itu sendiri. Oleh karena itu, PodPackers memiliki berbagai program yang bertujuan untuk edukasi masyarakat mengenai HPTL, mulai dari influencer hingga kegiatan CSR yang tidak hanya berhubungan dengan vape. Jangan lupa berbuat kebaikan, itulah nilai yang selalu dipegang teguh oleh PodPackers.
Industri berkembang butuh dukungan
“Perbedaannya sudah jauh banget. Istilahnya sudah seperti dari teknologi QWERTY ke touch screen,” itulah gambaran yang diberikan Rhomedal terhadap industri vape saat ini, jika dibandingkan tahun 2016. Menurutnya, pengusaha vape saat ini sudah dapat beradaptasi dengan baik, bahkan mengedukasi konsumen dan menciptakan pasarnya sendiri. Industri HPTL berpotensi menjadi industri yang besar dengan sumber daya yang luar biasa. Karenanya, para pelaku industri memerlukan dukungan.
Dalam hal ekspor, misalnya, kebijakan yang ada saat ini belum mengakomodasi pengusaha vape yang ingin melakukan ekspor produk. “Produsen Indonesia sangat besar, produsen ekstraknya banyak. Semua lini di vape sangat diuntungkan kalau bisa dimudahkan untuk ekspor. Selain itu, petani tembakau di Indonesia juga akan sangat diuntungkan,” jelas Rhomedal.
Agar industri HPTL bisa semakin kuat, Rhomedal berpesan agar teman-teman vapers dapat terus mendukung UMKM dan toko-toko kecil di daerah masing-masing. Selain itu, vapers juga perlu menjadi duta vape untuk bisa menjelaskan bagaimana vape dapat digunakan untuk membantu beralih dari rokok. Ketika proses beralih dirasa sulit, pods dapat menjadi awalan yang dapat dicoba, lalu dilanjutkan dengan jenis vape lainnya yang dirasa cocok.
Di sisi lain, pengusaha vape juga diharapkan konsisten dalam menjalankan usahanya agar ekosistem industri vape bisa semakin besar. “Sebagai pengusaha, kita tidak bisa hanya berorientasi pada keuntungan. Kita perlu memikirkan value dari produk kita dan manfaatnya bagi konsumen. Terutama, bagaimana agar produk yang kita berikan dapat menjadi solusi yang tepat sesuai kebutuhan konsumen. Dari sana, kita akan bersama-sama naik kelas setinggi-tingginya,” tutup Rhomedal.