Sebagai bagian dari komunitas Hotcig Indonesia, Hotcig Probolinggo berdiri pada tahun 2021. Meski begitu, pada awal berdiri komunitas ini sempat mengalami pasang- surut badai dalam prosesnya dan kembali lagi merebranding pada tahun 2022 dan memiliki anggota aktif sebanyak 12 orang.
Raden, memaparkan bahwa syarat untuk bergabung ke dalam komunitas ini adalah menggunakan produk hotcig, “ya awal baru join sih masih banyak yang belum menggunakan produk hotcig. Tapi lama kelamaan ya pada pindah ke hotcig, karena itu merupakan salah satu syaratnya”.
Menjalin Tali Silaturahmi Melalui Kumpul Kebul
Dibawah naungan Hotcig Indonesia ini, biasanya setiap satu bulan sekali diadakan “Kumpul Kebul” atau yang dikenal dengan vape meet yang melibatkan komunitas hotcig dari berbagai daerah. Agenda ini bertujuan untuk sekedar berbagi edukasi mengenai seputar vape bahkan hingga berbagi keluh- kesah yang dihadapi apalagi di era pandemic saat ini. “Terakhir vape meet itu bulan Januari 2022 kemarin di Jogja dan kita juga aktif di grup telegram”, papar Raden.
Menurut Raden, dengan join komunitas Ia mendapatkan tiga hal penting yaitu, relasi pertemanan, ilmu, dan pengalaman berharga. “Disini saya belajar banyak hal terutama bagaimana berurusan dengan banyak orang dan kepentingan, termasuk juga cara bersosialisasi yang baik bagaimana menata omongan”, ucap Raden.
Vape Akan Terus Ada Jika Rokok Terus Ada
Sebagai salah satu daerah ‘Lumbung Tembakau’ di Indonesia, banyak sekali fenomena di Kabupaten Probolinggo masyarakat menggunakan tembakau curah atau yang dikenal dengan istilah Lintingan.
“Ya karena jauh lebih murah sih, dibandingkan dengan vape kan mahal harus beli device dan juga perawatannya, belom lagi harga liquid yang cukup mahal dibandingkan dengan rokok konvensional apalagi Lintingan”, jelas Raden.
Meski sudah mencoba vape sejak tahun 2015, tetapi Raden masih melakukan kebiasaan hybrid antara vape dengan rokok sampai tahun 2017. “Dulu awal nge vape karena udah punya anak, terus kasihan sama anak kalo terpapar asap rokok terus menerus”, ucapnya.
Raden juga berpendapat bahwa vape ini ada karena rokok konvensional ada. Menurutnya, dengan banyak penelitian yang menjelaskan tentang bahaya merokok, maka orang akan banyak mencari produk alternatif. Disisi lain, menurut pengamatannya vape adalah produk yang paling eksis dibandingkan dengan produk alternatif tembakau lainnya.
“Karena merokok itu merupakan kebiasaan yang sulit dihilangkan, maka orang- orang akan mencari alternatif bagaimana menikmati sensasi merokok dengan risiko yang lebih rendah. Seperti tidak adanya tar”, tutur Raden.