Sudah menjadi hal umum jika rokok bakar dapat menyebabkan berbagai macam penyakit degeneratif. Memang agak sulit lepas dari rokok, namun kebiasaan merokok bakar ini dapat dikurangi dengan tembakau alternatif.

Bahkan, para peneliti dunia telah membuktikan implementasi konsep pengurangan risiko (harm reduction) dengan menggunakan produk tembakau alternatif. Salah satunya dengan rokok elektrik dan produk tembakau yang dipanaskan yang memiliki risiko rendah daripada rokok.

Sejumlah negara seperti Jepang dan Inggris telah mengatur penggunaan produk ini melalui kebijakan nasionalnya. Sebaliknya, di dalam negeri masih minim informasi mengenai riset dan penelitian terkait tembakau alternatif. Padahal alternatif ini dapat dimanfaatkan untuk perlindungan kesehatan masyarakat.

Peneliti Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP), Amaliya menyatakan, pemerintah dan pemangku kepentingan harus segera melakukan riset terhadap produk tembakau alternatif. Pasalnya, riset lokal yang meneliti tentang inovasi ini masih sangat minim dan membutuhkan dukungan penuh dari berbagai pihak, terutama pembuat kebijakan maupun akademisi.

Sebelumnya, YPKP secara independen telah melakukan penelitian mengenai bahaya TAR yang terdapat pada rokok bagi kesehatan. Hal ini sebagai contoh kekeliruan yang kerap beredar di masyarakat dan menganggap penyakit yang timbul akibat kebiasaan merokok karena kandungan nikotin di dalamnya.

“Kajian ilmiah komprehensif yang dilakukan pemerintah dan pemangku kepentingan lain nantinya dapat menjadi acuan dalam memberikan informasi akurat kepada publik, sehingga menghapus polemik yang masih berlangsung hingga saat ini. Peranan riset sangat penting untuk meluruskan fakta bermanfaat bagi perokok dewasa yang selama ini dibayang-bayangi oleh informasi tanpa landasan ilmiah dan berita-berita hoax,” kata Amaliya, melalui keterangannya, di Jakarta, belum lama ini.

Amaliya mengungkapkan, Universitas Padjadjaran (Unpad) telah menjalin kerja sama dengan The Center of Excellence for the Acceleration of Harm Reduction (CoEHAR) Universitas Catania, Italia. CoeHAR merupakan Pusat Penelitian antar departemen, yang didirikan dengan tujuan mempelajari efek dan kerusakan, juga dampak buruk kesehatan akibat asap rokok.

Khususnya pengembangan strategi dalam membatasi serta mengurangi risiko akibat asap rokok melalui pemanfaatan inovasi dan teknologi baru. “Hasil kajian ilmiah Unpad dan Universitas Catania diharapkan dapat memberikan informasi yang akurat, baik itu kepada publik, pemangku kepentingan, dan pemerintah mengenai produk tembakau alternatif ini. Jadi apa pun fakta atau hasil penelitian yang didapatkan akan kami sampaikan, publikasikan dan informasikan ke pemerintah sehingga ada dasar untuk menyusun regulasi. Kami berharap kajian kami dapat dijadikan pertimbangan sebagai acuan informasi yang akurat,” ujar Amaliya.

Sementara itu, Kepala Kantor Internasional Unpad, dr. Ronny Lesmana mengatakan, Unpad sebagai World Class University (WCU) bekerja sama dengan berbagai universitas luar negeri, khususnya kerja sama di bidang penelitian agar semakin mendorong Unpad menjadi Research University.

Tidak hanya sebatas melakukan kolaborasi penelitian, Unpad dan Universitas Catania bekerja sama dalam aspek akademik, pertukaran pelajar, hingga penyediaan fasilitas laboratorium melalui mesin berteknologi mutakhir sebagai penunjang riset.

Ketua PUIIPK Unpad Irma Melyani Puspitasari menambahkan, secara khusus, kolaborasi ini melibatkan Laboratorium Sentral dan Pusat Studi di Unpad, yakni Pusat Unggulan Iptek Inovasi Pelayanan Kefarmasian Universitas Padjajaran (PUIIPK Unpad).

“Kami berharap studi tentang profil risiko produk tembakau alternatif ini dapat menjadi pembuktian ilmiah dalam memahami potensi manfaat dan profil risikonya. Agar produk tembakau alternatif dapat dilihat secara holistik, kita perlu mendorong terwujudnya lebih banyak riset klinis yang melibatkan pemerintah, akademisi, industri, dan masyarakat. Semua ini harus dilakukan demi peningkatan kualitas kesehatan masyarakat,” kata Ketua PUIIPK Unpad Irma Melyani Puspitasari.