Sejumlah akademisi dari beberapa universitas di dunia memaparkan hasil penelitian tentang produk nikotin alternatif pada acara The E-Cigarette Summit 2020 yang berlangsung secara virtual pada 3–4 Desember 2020.
Pada forum tersebut, beberapa akademisi memaparkan memaparkan soal hasil penelitian mereka. Disana diketahui jika rokok elektrik memiliki resiko lebih rendah, ketimbang rokok konvensional. Namun sayangnya, justru banyak tersebar informasi palsu yang tidak bertanggung jawab mengenai rokok elektrik.
“Produk nikotin alternatif sudah mengalami perkembangan, sehingga dapat memberikan sensasi nikotin yang sama dengan rokok, tetapi lebih rendah risiko. Walaupun demikian, maraknya kampanye anti rokok elektrik yang tidak berlandaskan bukti ilmiah justru menjadi penghambat upaya pengurangan angka perokok,” kata Profesor Peter Hajek dari Queen Mary University.
Senada dengan pernyataan tersebut, Profesor Steven A. Schroeder dari University of California menerangkan bahwa salah satu kunci kesuksesan dalam upaya pengendalian tembakau adalah bukti-bukti ilmiah terkait bahaya rokok konvensional dan pengurangan risiko dari produk nikotin alternatif. Walaupun demikian, masih banyak pemangku kepentingan yang menyebarkan berita palsu terkait rokok elektrik.
“Para pemangku kepentingan hendaknya tidak mengorbankan integritas ilmiah demi kepentingan sesaat. Menyebarkan berita palsu terkait rokok elektrik sama saja dengan merusak kredibilitas ilmiah dan moral kita,” ujar Profesor Schroeder. Ia juga menekankan kejujuran dan integritas dari seluruh pihak untuk kebaikan masyarakat secara luas.
Profesor Ray Niaura dari New York University mengatakan, “Menetapkan agenda yang komprehensif untuk penelitian terkait tobacco harm reduction (THR) sangat diperlukan untuk menjawab mitos-mitos terkait rokok elektrik, seperti vape yang tidak dapat membantu perokok untuk berhenti. Padahal, penelitian terbaru uji acak terkontrol pada 2019 mengungkapkan bahwa rokok elektrik lebih efektif dalam membantu pengguna untuk
mengurangi kebiasaan merokok jika dibandingkan nicotine replacement therapy (NRT).”
Akses terhadap Produk
Sesi diskusi turut membahas pentingnya akses pengguna produk nikotin terhadap alternatif-alternatif yang lebih rendah risiko. Pemerintah seharusnya merancang sebuah regulasi yang dapat memberikan pilihan pada perokok tentang apa yang akan mereka konsumsi dan metode apa yang hendak digunakan untuk menghilangkan kecanduan merokok.
Profesor Caitlin Notley dari University of East Anglia mengatakan, “Tinjauan pustaka sistematis yang saya lakukan menemukan bahwa rasa yang terkandung dalam _e-liquid_ merupakan salah satu faktor utama yang mempermudah perokok untuk beralih ke produk yang lebih rendah risiko. Maka dari itu, kebijakan yang melarang sirkulasi e-liquid di masyarakat, justru dapat mempersulit suatu populasi untuk mencapai target pengurangan
prevalensi merokok.”
Selain sirkulasi produk, pemerintah hendaknya memberikan regulasi yang berbeda dari rokok konvensional bagi produk alternatif nikotin ini untuk dapat mengomunikasikan dan memperkenalkan produknya kepada konsumen agar konsumen memiliki pengetahuan yang baik tentang pilihan produk yang lebih rendah resiko