Kekhawatiran umum mengenai korelasi dampak produk tembakau alternatif terhadap peningkatan konsumsi nikotin dan tembakau rupanya tidak beralasan.
Pasalnya, berdasarkan penelitian di Jepang, angka perokok turun hingga 30 persen dalam jangka waktu tiga tahun sejak heated-tobacco products (HTP) beredar di pasaran.
Sedangkan, angka produk tembakau secara keseluruhan juga terus menurun.
Hal tersebut disampaikan dr. Kumamaru Hiroya, Wakil Direktur AOI University Hospitals dalam webinar bertajuk ‘Pengurangan Dampak Buruk Tembakau dan Inovasi Produk Nikotin dan Tembakau (NNTP)’ yang digelar riset Frost & Sullivan beberapa waktu lalu.
“Hasil survei yang dilakukan oleh Universitas Tatari, Jepang, terhadap sekitar 90.000 pelajar di Jepang tentang penggunaan rokok, HTP, dan rokok elektrik menunjukkan bahwa hanya 0,1 persen dari mereka yang menggunakan rokok elektrik dan HTP,” paparnya dikutip dari ww2.frost.com pada Senin (7/12/2020).
Terkait hal tersebut, dr. Kumamaru menjelaskan penjualan produk nikotin dengan identifikasi umur membantu menekan angka tersebut.
Sementara terkait tingginya fenomena dual-user, dr. Kumamaru mengatakan sebanyak 70 persen pengguna HTP di Jepang tidak lagi mengkonsumsi rokok konvensional.
Angka ini jauh lebih besar dibandingkan mereka yang menggunakan kedua produk, baik HTP dan rokok.
Secara keseluruhan angka pengguna produk tembakau, HTP dan rokok, terus menurun.
Fakta ini dijelaskannya membantah anggapan produk tembakau alternatif akan meningkatkan konsumsi tembakau.
“Sudah banyak riset yang menunjukkan bahwa perokok di negara maju dan berkembang tidak bisa atau tidak mau berhenti merokok dengan pendekatan kuratif yang sering kali tidak efektif,” ujar Mark Dougan, Direktur Transformational Health, Frost & Sullivan.
“Dari studi ini, kita tahu penggunaan NNTP dapat menjadi intervensi bagi mereka untuk berhenti merokok,” tambahnya.
Faktor penting dalam pengurangan dampak buruk tembakau adalah risiko kesehatan yang lebih rendah digabungkan dengan karakteristik produk yang cukup menarik untuk menggaet perokok agar beralih.
Sejauh ini, sudah banyak riset yang membuktikan NNTP memiliki risiko kesehatan yang jauh lebih rendah dari produk tembakau konvensional.
Selain itu, NNTP juga memiliki fungsi psikologis dan sosial yang ada pada rokok konvensional.
Kedua faktor inilah yang membuat produk NNTP lebih efektif dalam membantu perokok untuk berhenti dibandingkan alat bantu lainnya.
Dorong Riset Lanjutan
Risiko kesehatan NNTP, baik itu HTP maupun rokok elektrik memang tetap ada, walaupun dalam kadar yang lebih kecil dibandingkan dengan rokok konvensional.
Di Indonesia, produk tergolong NNTP disebut sebagai Hasil Pengolahan Tembakau Lainnya (HPTL).
Namun, berbeda dengan negara-negara maju, seperti Jepang, jumlah riset ilmiah maupun kerangka regulasi yang tepat masih sangat minim hingga saat ini.
Pembuatan kerangka regulasi ini pun harus disertai dengan riset ilmiah yang tepat terkait dengan produk NNTP atau HPTL ini.
Dengan riset yang terus berkembang dan regulasi yang tepat, maka bukan tidak mungkin Indonesia juga dapat mengadopsi produk NNTP dan mengoptimalkan fungsinya sebagai bentuk pengurangan dampak buruk terhadap kesehatan.