Inovasi Tembakau kembali menjelajah suasana Kota Surabaya yang penuh dengan keramah-tamahan melalui cerita yang dibagi oleh sebuah komunitas. Adalah Komunitas Vapers Surabaya atau yang akrab disapa dengan Kompres, kali ini berkenan untuk membagi cerita tentang komunitas tersebut melalui Mifta, wakil ketua dari Kompres.

Keluarga kecil yang hangat

Berdiri pada 6 Januari 2019, komunitas yang sudah berusia dua tahun ini memiliki sekitar 25 anggota. Komunitas ini terbentuk secara tidak sengaja, yaitu dari tongkrongan-tongkrongan yang lama-kelamaan semakin akrab dan menjadi sebuah komunitas.  

Komunitas ini memiliki anggota-anggota dengan device yang berbeda-beda. Mulai dari mechanical mod, hexohm, dan beberapa device lainnya. Dari sana, mereka dapat mengenal dan mempelajari device satu sama lain.

Dengan jumlah anggota yang tidak terlalu besar maupun kecil, menjadikan komunitas ini akrab dan dekat, sekaligus rumah bagi para anggotanya. Karenanya, berbagai kegiatan dilakukan untuk mempererat rasa kekeluargaan dalam komunitas, seperti vapemeet dan perayaan anniversary sebelum pandemi. Saat itu, ulang tahun Kompres dirayakan dengan perlombaan cloud chasing dan kegiatan sosial penggalangan dana untuk panti asuhan. Kompres juga aktif menghadiri kegiatan-kegiatan komunitas lainnya, termasuk terlibat dalam acara-acara vape besar di Surabaya, seperti Surabaya Vape Heroes sebelum adanya pandemi.

Adanya pandemi memang membatasi komunitas untuk bertemu secara rutin. Namun, mereka tetap melakukan komunikasisehari-hari melalui grup WhatsApp. “Susahnya saat ini adalah bagaimana mengumpulkan teman-teman dalam vapemeet. Namun, kami tetap senang karena dapat tetap saling bertukar pikiran lewat WhatsApp,” kata Mifta.

Arti sebuah komunitas

“Kompres kobong!” adalah jargon yang menjadi ciri khas komunitas ini. Kata “kobong” dalam bahasa Jawa artinya terbakar. Jargon tersebut menggambarkan bagaimana Kompres menjadi tempat bagi para anggota komunitas yang selalu solid, bersemangat, dan seru.

Selain sebagai wadah untuk belajar dan saling mengenal, Kompres menjadi tempat bertukar pikiran tentang setting device yang benar, liquid terbaru, dan tren vape saat ini. “Dapat ilmu, dapat teman juga. Kalau dulu, apa-apa harus cari tahu sendiri,” pungkas Mifta.

Bagi Mifta, komunitas memiliki arti penting bagi dirinya. Keisengan para anggota menjadi salah satu alasannya. “Paling berkesan adalah tingkah teman-teman Kompres. Kadang ada saja yang liquidnya terbawa pulang anggota lain, lalu baru bilang di grup chat ketika sudah sampai di rumah. Jahil sih, tapi berkesan,” cerita Mifta diiringi tawa.

Komunitas juga menjadi tempat menyaring informasi mengenai vape. Jika ada hoax, informasi akan dibahas oleh para anggota. Selain itu, anggota juga aktif menanyakan informasi ke komunitas-komunitas lain.

Selain itu, Kompres juga aktif melawan hoax dengan mengikuti kegiatan-kegiatan gabungan antar komunitas. Misalnya, pada 2020, Kompres mengikuti gerakan rontgen thorax bersama Pentolan Vape Jawa Timur (PVJT) untuk memberikan bukti bahwa vape lebih rendah risiko dari rokok konvensional.

Selain lebih rendah risiko, Mifta mengaku bahwa vape membawa dampak yang baik bagi dirinya setelah beralih, terutama dari segi keuangan dan kesehatan orang-orang di sekitarnya. “Saya beralih ke vape untuk menghindari bau rokok yang menempel di baju. Apalagi, di rumah banyak anak-anak, jadi tidak baik kalau saya terus merokok.”

Dari aspek kesehatan, Mifta merasa saat ini dirinya sudah tidak merasa nyeri di dada ketika bangun tidur, badannya juga terasa lebih segar. “Sekarang saya lebih pede, nggak perlu semprot parfum terus dan ruang kerja sudah nggak banyak kotoran abu,” pungkasnya.

Aktif sebagai perokok sejak 2015 membuat Mifta merasa dirinya jauh lebih hemat setelah beralih ke vape. “Penghematannya hampir tiga kali lipat. Lebih ramah kantong dan uangnya dapat digunakan untuk kebutuhan yang lain.”

Merasa lebih terjamin

Bagi Mifta, adanya cukai dan SNI vape membuatnya merasa lebih aman dan terjamin. “Memang harganya jadi sedikit lebih mahal, tapi kita jadi bisa memastikan kalau liquid ini aman atau tidak. Dulu banyak liquid yang campuran bahannya saja kita nggak tahu. Lagipula, harga yang agak mahal ini tidak sebanding dengan dulu. Dulu sangat mahal karena kita pakai liquid impor. Kalau sekarang, sudah banyak liquid lokal yang enak. Di sisi lain, kita juga bisa pemasukan untuk negara,” jelas Mifta.

Mifta selanjutnya mengajak teman-teman yang ingin berhenti merokok dengan beralih ke vape untuk tidak ragu mencoba. Menurutnya, biasanya perokok takut beralih ke vape karena khawatir akan batuk-batuk dan takut lebih banyak pengeluaran. “coba dulu dan rasakan perbedaannya setelah sebulan. Kalau soal hemat, vape bisa lebih hemat dalam jangka panjang,” tambahnya. Sebelum menutup perbincangan hari itu, mewakili Kompres, Mifta berpesan agar komunitas-komunitas vapers di Surabaya bisa tetap kompak dan saling menjaga silaturahmi lewat acara kecil-kecilan. Mifta juga berpesan bahwa industri vape saat ini sudah baik dan membuat konsumen merasa aman. Harapannya, produsen dapat mendukung komunitas dengan meramaikan event maupun dukungan produk sebagai sponsor.