Bermula dari tawaran endorse yang diberikan oleh Smoant, Ivan akhirnya menginisiasi berdirinya Smoant Community Indonesia (SCI) pada 22 September 2017. Komunitas ini semula bernama Smoant Charon Indonesia. Namun, karena banyaknya animo dari anggota komunitas, dan sejalan dengan berbagai device baru yang dikeluarkan Smoant, akhirnya komunitas ini berganti nama menjadi Smoant Community Indonesia.

Di tengah gerimis tipis sore menjelang malam pekan lalu, Inovasi Tembakau berkesempatan untuk ngobrol-ngobrol santai dalam agenda BulPis alias Ngebul Tipis bersama teman-teman dari Smoant Community Indonesia. Sebuah toko vapor bernama Sixartvape di bilangan Ciputat, menjadi tempat yang asyik untuk membunuh waktu melalui perbincangan hangat ala komunitas. 

Rumah yang fleksibel 

Ivan mungkin tidak menyangka bahwa komunitas yang ia inisiasi melalui grup Facebook, mendapat respons yang sangat positif dari para pengguna Smoant. Berangkat dari tujuh orang anggota, SCI aktif memperkenalkan Smoant melalui berbagai platform seperti grup Facebook, Instagram, dan event. Saat ini, sudah lebih dari sembilan ribu anggota yang terdaftar di grup Facebook SCI. 

Tujuan Ivan sederhana, ingin menjadikan komunitas sebagai tempat bernaung bagi teman-teman pengguna Smoant. Tujuan sederhana tersebut, nyatanya dilandasi visi yang sarat makna, “Kita ingin menjadi wadah vapers yang positif, untuk mengedukasi tentang vape. Selama ini, masih ada saja pemberitaan negatif tentang vape.” ujar Ivan. Baginya, komunitas memiliki peranan penting dalam mendorong legalitas vape, terutama ketika vapers masih dianggap sebagai minoritas. 

SCI memiliki tiga belas chapters mulai dari wilayah Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Bojonegoro, hingga Palembang. “Saat ini, region memiliki peranan yang sangat penting. Setiap wilayah memiliki ketua regional. Masing-masing ketua akan mengorganisir anggota di wilayahnya dan menginisiasi event,” tutur Karel, Humas SCI. 

SCI memiliki beberapa agenda rutin seperti BulPis, vapemeet, dan anniversary. BulPis merupakan kegiatan internal yang biasanya dilakukan secara spontan. Vapemeet diadakan satu hingga tiga bulan sekali, dengan mengundang komunitas-komunitas lain. Sedangkan anniversary, biasanya dilaksanakan secara besar-besaran sebagai momentum merayakan tanggal berdirinya SCI. Meskipun aktif dalam mengadakan event, SCI menyadari bagaimana pandemi membawa dampak yang signifikan bagi anggota-anggotanya. Oleh karena itu, sementara ini tidak ada agenda yang diadakan secara rutin. SCI tidak memaksakan anggota-anggotanya untuk berkumpul.    

Meskipun komunitas ini berangkat dari brand device yang sama, SCI menjadi komunitas yang fleksibel bagi anggota-anggotanya. Ivan melihat komunitas sebagai rumah untuk ngebul bersama, sehingga masing-masing anggota tidak terbatas untuk bergabung di satu komunitas, bahkan tidak terbatas untuk menggunakan device lain. “Banyak teman-teman yang menggunakan device lain. Buat saya pribadi, yang penting kita cocok satu sama lain. Satu orang juga nggak terbatas hanya bergabung di satu komunitas karena kita berteman dengan siapapun. Satu orang biasanya bergabung di dua sampai tiga komunitas. Namun, saya pribadi merasa SCI sebagai rumah utama,” pungkas Ivan.

Device yang user-friendly dan ekonomis

Barangkali jatuh cinta pada pandangan pertama adalah frasa yang dapat menggambarkan bagaimana Ivan menjadi pengguna setia Smoant. Smoant merupakan device buatan Tiongkok yang nyaman digunakan, murah, dan user-friendly.  Hal itu yang membuat Ivan setia menggunakan Smoant selama empat tahun. “Sejak awal vaping memang sudah pakai SmoantDevice ini enak digunakan dan cocok dengan saya. Saya pakai terus selama empat tahun sampai rusak,” jelas Ivan. Desain yang kokoh juga menjadi alasan para pengguna mencintai produk ini. Desain tersebut menjadikan Smoant sebagai device yang awet, ditambah kualitas hardware yang sangat baik. 

Bagi anggota-anggota SCI, keputusan beralih dari rokok konvensional ke vape, mendatangkan banyak keuntungan ekonomis dan kesehatan. 

“Awalnya, ikut teman-teman kantor yang ngevape, ternyata enak. Kalau ngerokok di jam istirahat, nggak bisa dimatiin gitu aja karena tanggung. Kalau pakai vape, tinggal dimatikan saja. Rokok habis kena angin,” tutur Ipang, salah satu anggota SCI.

Selain lebih ekonomis, vape dinilai tidak membuat kecanduan. “Buat saya, vape bukan bikin kecanduan, tapi ada rasa yang ngangenin kalau saya lagi pengen yang manis-manis. Saya pernah dua hari nggak nge-vape. Menurut saya, nggak masalah juga kalau seminggu nggak nge-vape,” timpal Karel.

Semangat edukasi yang meletup-letup 

#MletekMletekGaes menjadi yel-yel yang khas bagi SCI, sama seperti sensasi mletek-mletek ketika device Smoant digunakan. Sejalan dengan yel-yel tersebut, SCI memiliki semangat yang meletup-letup dalam memberikan edukasi kepada vapers maupun non-vapers. Bagi SCI, edukasi menjadi elemen penting untuk industri vape Indonesia yang positif. Edukasi diberikan dalam beberapa aspek yaitu teknis penggunaan device, produk, hingga aspek kesehatan dan ekonomi. 

Selain wadah untuk nge-vape bersama, SCI sebagai komunitas, aktif dalam berbagi pengetahuan tentang teknis penggunaan device seperti cara mengganti kawat, memasang kapas, bahkan saling bertukar informasi melalui review liquid. Hal-hal tersebut dibagikan melalui platform grup Facebook, Instagram, dan agenda BulPis. 

Melalui event-eventnya, SCI tidak hanya mengajak teman-teman dari internal komunitas untuk belajar, tetapi juga teman-teman di komunitas lain. Melalui vapemeet, SCI selalu mengundang ahli-ahli baik peneliti, dokter, maupun asosiasi vapor yang menjadi pembicara dalam agenda tersebut. Para ahli tersebut memberikan insight bagaimana vape lebih rendah risiko dibanding merokok. Sehingga, vapers tidak hanya menjadi pengguna vape yang paham aspek positif dari vape, tetapi juga dapat membagikan pengetahuan tersebut untuk orang-orang di sekitarnya. 

Selain melalui komunitas, pendekatan personal juga penting dilakukan. Menurut Ivan, pesan yang tepat dapat menjadi kunci ketika melakukan pendekatan personal, agar orang lain bisa berhenti merokok. Pada akhirnya, pesan berbasis logika dan ekonomi menjadi pilihan bagi Ivan. “Kalau anak-anak zaman sekarang, paling efektif dijelaskan dari sisi keuangan. Merokok bisa menghabiskan satu sampai dua bungkus sehari, bisa menghabiskan 750 ribu per bulan. Kalau nge-vape, memang lebih mahal di awal untu membeli device. Namun, itu bisa jadi investasi, bisa dijual kalau sudah nggak dipakai. Per bulan, pengeluaran maksimal 400 ribu,” jelas Ivan dengan detail.

Sudah sekitar lima tahun Ivan menggunakan vape, selama itu pula ia telah berhasil membuat dua puluh orang berhenti merokok, dengan pendekatan yang ia lakukan secara langsung. “Biasanya, saya kasih mereka liquid gratis dari endorsement. Waktu saya kerja di resto, ada satu karyawan bilang kalau dia sudah punya deposito untuk tabungan menikah, gara-gara lebih hemat setelah beralih ke vape,” ujar Ivan diselingi gelak tawa anggota lainnya. 

Bagi SCI, menjadi vapers seyogyanya dapat membawa dampak positif bagi sekitar. SCI menyayangkan banyak pemberitaan negatif tentang vape akibat oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, maupun cara penggunaan yang salah. 

Niat dan vape attitude

Sebelum menutup obrolan malam itu, teman-teman SCI menekankan bagaimana vaping yang bertanggung jawab melalui vape attitude. Vape attitude penting untuk diterapkan oleh setiap vapers, terutama ketika berada di tempat umum. Vapers harus peka dengan keadaan sekitar, sehingga non-vapers akan tetap merasa nyaman.  

“Di dalam vaping itu banyak ilmunya. Mulai dari cara pakai alat sampai ke vape attitude. Waktu ngebul, perlu memerhatikan apakah ada anak-anak atau ibu hamil. Kalau di tempat umum, jangan main ngebul, nanti orang lain risih dan bisa berpengaruh ke vape secara keseluruhan,” pesan Karel.

Selain vape attitude, SCI juga berpesan bahwa niat menjadi hal utama yang harus ditanamkan dalam pola pikir ketika ingin berhenti merokok. “Kalau nggak ada niat, nggak akan bisa jalan. Waktu pertama kali ngevape, detik itu juga saya memutuskan untuk berhenti merokok,” pungkas Ivan, menutup perbincangan seru malam itu.