Indra Tjahjadi atau yang akrab dengan sebutan Mang Vapor, merupakan seorang vape introducer, influencer, reviewer, dan flavour chaser. Berawal dari perkenalannya dengan vape pada 2014, Indra mulai tertarik dan mencari tahu lebih banyak tentang vape.

Bermula dari hobi mengamati

“Bagi saya, vape itu menarik,” kata Indra mengawali obrolan hari itu. Bagi Indra, proses “ngulik” seputar vape merupakan hal yang justru membuatnya semakin tertarik lebih dalam untuk mengenal vape. “Dengan coiling sendiri, setiap settingan punya output yang berbeda. Karena saya senang mengamati, maka saya tulis setiap perubahan-perubahan itu,” jelas Indra. Setelah terus-menerus belajar dan membaca, ia kemudian memberanikan diri untuk memberikan masukan tentang vape berdasarkan pengalaman yang dimilikinya.

Seiring berjalannya waktu, Indra mulai bergabung dalam beberapa komunitas, mengikuti vapemeet, dan mulai menyampaikan pandangan-pandangannya tentang vape dalam pertemuan-pertemuan tersebut. Lama-kelamaan, Indra mulai dikenal dan menuliskan review terhadap produk di Facebook dan blog. Blog tersebut kemudian ia beri nama yang bernuansa Indonesia, yaitu Mang Vapor.

Dari blog tersebut, nama Mang Vapor semakin dikenal dan membuatnya menerima banyak undangan untuk memberikan sesi edukasi bagi vapers. “Saya merasa cocok dengan sisi edukasi vape dan menyampaikan referensi-referensi bacaan dari luar, karena saat itu komunitas dan informasi tentang vape masih terbatas,” tuturnya.

Tidak hanya Facebook dan blog, Indra kemudian melebarkan sayapnya untuk memberikan edukasi bagi vapers melalui Instagram sejak 2015. Indra mengaku, tadinya hanya sebatas iseng di Instagram. Namun, lama-lama ia merasa asyik berinteraksi dengan vapers dari berbagai wilayah dan mulai fokus di industri vape.

Sebagai seorang vape reviewer, kegemaran Indra dalam menulis merupakan aspek utama yang menjadi ciri khasnya. Dari hal tersebut, ia meramu informasi yang ia dapatkan dan mengolahnya dalam sebuah tulisan.

Dari hobi hingga ke ranah edukasi

Tidak hanya ketertarikannya dalam hal-hal teknis tentang vape, Indra juga melihat vape sebagai alternatif yang dapat menggantikan rokok.  Ia selanjutnya memahami bahwa vape memiliki risiko yang lebih rendah dari rokok konvensional sebanyak 95 persen.

Dalam menyampaikan edukasi melalui review produk, Indra memiliki ciri khas yaitu tulisannya yang detail. “Kita perlu memahami bahwa vape ini bicara tentang sesuatu yang personal, sehingga objektivitasnya tidak bisa kita paksakan. Misalnya review liquid, kita tidak bisa sekadar menyebutkan rasanya enak atau tidak. Kalau saya tidak suka strawberi, saya tidak bisa bilang liquid strawberi tidak enak,” pungkas Indra. Lebih dari sekadar rasa, review yang diberikan Indra akan berfokus pada bagaimana ia dapat menyampaikan ide maupun pesan dari brewer ketika membuat liquid. “Lebih ke arah teknis. Misalnya, bagaimana cara menikmati liquid, karena selera konsumen kan berbeda-beda,” lanjutnya.

Dalam aspek kesehatan, Indra percaya bahwa ilmu tentang vape bisa didapat dari mana saja dan akan terus berkembang. Oleh karena itu, ia banyak berdiskusi dan membuat konten yang berhubungan dengan aspek kesehatan. “Saya banyak berdiskusi dengan dokter Ari (Badass Doctor). Kami sama-sama suka riset dan menulis, jadi nyambung,” jelasnya.

Bagi Indra, referensi yang mendukung sangat diperlukan sebagai dasar dalam memberikan argumen, termasuk tentang vape. “Knowledge is power,” lanjutnya. Sebagai seorang reviewer, Indra merasa perlu berhati-hati dalam mengeluarkan argumen, terutama merespons budaya membaca yang masih menjadi Pekerjaan Rumah bagi masyarakat luas. Dengan situasi tersebut, Indra berupaya memberikan rangkuman edukasi melalui konten-kontennya, supaya lebih mudah dibaca dan memancing untuk diskusi.

Kualitas penting bagi para reviewer

Menurut Indra, keseragaman saat menyampaikan informasi edukasi menjadi aspek yang penting. “Syukurnya, karena dunia vape ini masih berputar di satu lingkaran saja, sehingga masih bisa sharing bersama secara online,” pungkas Indra.  

Informasi edukasi dari para reviewer dapat menjadi referensi bagi vapers dalam merespons hoax yang beredar tentang vape. Indra mengaku, konten yang ia buat biasanya menjelaskan mengenai hoax yang sedang beredar. Sayangnya, tidak semua vapers memiliki akses dan koneksi terhadap media sosial, seperti Facebook dan Instagram. Karenanya, perlu metode lain dalam menyampaikan edukasi, baik melalui vapemeet maupun kunjungan komunitas nondaring.

Indra merasa senang ketika ia mulai dikenal dan sering diundang dalam sesi-sesi diskusi offline. Dari sana, ia banyak memberikan sesi edukasi di daerah dan menuliskan artikel-artikel yang sirkulasinya sampai di pelosok vape store di Indonesia.

HPTL sebagai Alternatif

Dalam spirit menyajikan konten edukasi melalui vape sebagai alternatif merokok, Indra melihat produk HPTL selain vape sebagai sebuah inovasi yang baik. “Saya rasa bagus, tinggal nanti pasar dan konsumen saja yang memilih. Apa yang terpenting adalah Indonesia sehat dan bebas dari TAR,” jelasnya. Bagi Indra, dengan adanya produk-produk HPTL di Indonesia, maka semakin banyak pilihan alternatif yang tersedia bagi konsumen.

Dengan adanya produk-produk HPTL tersebut, proses standardisasi melalui SNI dinilai Indra sebagai sebuah hal yang baik, selama memiliki dampak yang baik pula terhadap industri HPTL. “Spirit dan wacana ke arah SNI saya akui bagus. Namun, perlu diingat bahwa proses yang dilalui cukup panjang. Karenanya, perlu pengawalan bersama,” tegas Indra. Baginya, pengawalan bersama penting untuk memastikan tidak ada penyalahgunaan dan tetap berjalan sesuai spirit untuk mengembangkan industri.  

“Banyak material yang dipakai untuk vape, mulai dari kapas, chip, baterai, liquid, hingga pembuatnya. Wacana dan spiritnya oke, tetapi prosesnya tetap perlu dikawal bersama,” lanjutnya.

Aspek penting bagi pengguna

Sebelum perbincangan kala itu berakhir, Indra memberikan pesan-pesan bagi teman-teman perokok yang ingin beralih ke vape, vapers, dan rekan reviewers. Hal pertama yang perlu menjadi catatan adalah pemahaman dalam menggunakan device dan kandungan nikotin dalam liquid. Karena kandungannya yang adiktif, vapers disarankan untuk disiplin dalam memilih dan mengonsumsi nikotin. Pemahaman tersebut selanjutnya perlu didukung oleh informasi dan edukasi dari vape store dan brewer. Karenanya, masing-masing pihak harus aktif dalam memberikan edukasi.

Indra mengajak teman-teman perokok yang ingin beralih ke vape, untuk memiliki semangat mengubah gaya hidup. Menurutnya, vape adalah device yang sederhana dalam penggunaannya. Apalagi, saat ini sudah ada pod.

Bagi teman-teman vapers, Indra menekankan bahwa vape perlu dijadikan sebagai kebutuhan dan bukan sekadar gaya hidup. Ketika sudah menjadi kebutuhan, maka vape akan digunakan sebagai alternatif untuk berhenti merokok, dan manfaatnya dapat dirasakan karena memiliki risiko lebih rendah dari rokok konvensional.

Terakhir, Indra berpesan kepada rekan-rekan reviewers bahwa vape memiliki teknologi yang terus berkembang dengan cepat dan pengguna baru yang semakin banyak. “Tugas kita adalah tetap mengedukasi dan mengupdate pengetahuan, karena pengetahuan tentunya akan terus berkembang. Kita bisa menggunakan Google atau berdiskusi dengan teman-teman komunitas untuk mencari informasi,” pungkasnya menutup obrolan di hari itu.